Tuesday, September 26, 2006
Monday, September 25, 2006
Saya sungguh sungguh bukan orang sombong, sumpah :)
Saya baru sadar kalau selama ini banyak pembaca blog saya yang belum sempat saya kunjungi balik, atau kalau sempatpun cuma nongol di SB atau komen sekali dua.
Saya mau minta maaf sama saudara saderek sekalian sadayana.
Maafkan ketidakmampuan saya untuk online lama2.
Maafkan koneksi internet saya yang dodol.
Maafkan PC saya yang selalu dimakan virus.
Maafkan karena hal-hal tsb di atas saya jadi susah mau bloghopping.
Maafkan karena saya suka bikin alasan seperti ini yang sebenarnya kalau niat beneran mah bisa aja saya lakukan dasar aja saya ini memang pemalas nomer wahid.
Maafkan saya..
Forgive me..
Saya baru sadar kalau setelah di Indonesia juga saya jadi sering terlambat balas sms, atau malah lebih gawat lagi sms-nya sering gak sampai.
Yang ini alasannya karena pulsa saya sering habis..
Jadi,
Maafkan kalau Telkomsel dan Indosat suka dodol.
Maafkan kalau pulsa saya suka krisis..
Maafkan kalau saya lagi-lagi bikin alasan.
Sumpah, saya gak mau kehilangan kalian..
Jangan kapok ya :)
Saya mau minta maaf sama saudara saderek sekalian sadayana.
Maafkan ketidakmampuan saya untuk online lama2.
Maafkan koneksi internet saya yang dodol.
Maafkan PC saya yang selalu dimakan virus.
Maafkan karena hal-hal tsb di atas saya jadi susah mau bloghopping.
Maafkan karena saya suka bikin alasan seperti ini yang sebenarnya kalau niat beneran mah bisa aja saya lakukan dasar aja saya ini memang pemalas nomer wahid.
Maafkan saya..
Forgive me..
Saya baru sadar kalau setelah di Indonesia juga saya jadi sering terlambat balas sms, atau malah lebih gawat lagi sms-nya sering gak sampai.
Yang ini alasannya karena pulsa saya sering habis..
Jadi,
Maafkan kalau Telkomsel dan Indosat suka dodol.
Maafkan kalau pulsa saya suka krisis..
Maafkan kalau saya lagi-lagi bikin alasan.
Sumpah, saya gak mau kehilangan kalian..
Jangan kapok ya :)
Crazy In Love
Abang,
I was born to annoy You.
You were born to annoy Me.
Let's annoy each other.
:)
Batam, 25 September 2006
Can't stop myself from loving you so much eventhough you annoy the hell out of me
PS. Ayo tersipu2 lagi dong..kamuh cute deh kalau tersipu2..wakakakakaka
I was born to annoy You.
You were born to annoy Me.
Let's annoy each other.
:)
Batam, 25 September 2006
Can't stop myself from loving you so much eventhough you annoy the hell out of me
PS. Ayo tersipu2 lagi dong..kamuh cute deh kalau tersipu2..wakakakakaka
Friday, September 22, 2006
For the first time in my life..
I want to be beautiful.
Selama 33 tahun hidup, baru kali ini aku merasa ingin cantik.
Mungkin pada saat aku menikah juga aku merasakan hal itu, tapi tidak sekuat kali ini.
Aku selalu memiliki berat badan berlebih sejak kecil. Tidak gemuk, tapi juga jauh dari kurus.
Sampai aku memiliki anak pertama, aku tidak pernah merasa terganggu dengan berat badanku.
Tetapi setelah hamil dan melahirkan, perawakanku yang tadinya tinggi besar, berubah menjadi tinggi besar sekali.
Aku mulai merasa terganggu.
Selama belasan tahun aku mengalami pasang surut berat badan beberapa kali. Turun 25 kg, naik 27 kg, turun 15 kg, kemudian naik 20 kg. Selalu begitu.
Sebelum hamil anak bungsuku, beratku sempat turun 25 kg, tapi 2 bulan setelah aku mencapai berat yang aku inginkan, aku hamil.
Pasrah.
Setelah anak bungsuku lahir, sampai sekarang aku hanya berhasil menurunkan 10 kg.
Sisanya masih kubawa sampai sekarang di sekitar pinggang dan perutku dan menolak untuk pergi.
Aku masih merasa kesal dan kecewa, karena aku memang tidak banyak makan, juga tidak banyak mengudap makanan kecil. Porsi makanku jauh lebih kecil dibandingkan porsi makan teman-temanku dan bahkan jauh dibanding suamiku.
Tidak sekali dua teman-teman yang dekat denganku berkomentar, "Kenapa ya elo gak kurus-kurus?" "Makan loe dikit banget." "Diet?"
Aku bukan berdiet. Ini lah yang aku mampu makan sehari-hari.
Terakhir aku membeli 4 buah donat keju kesukaanku dan aku baru bisa menghabiskan semuanya di hari ke 3. Itu pun aku paksa karena besoknya pasti sudah basi.
Aku tak tahu lagi harus dengan cara apa aku menurunkan berat badan.
Well, aku tahu sih, dengan olah raga. Tapi kemewahan itu tidak bisa aku dapatkan.
Aku punya anak-anak untuk diurus, aku punya tugas rumah tangga yang segudang.
Jalan pagi? Kapan waktunya?
Jalan malam? Apa dapat ijin suamiku?
Aku merasa jalanku buntu.
Dan tidak menolong waktu hari ini anak perempuanku berkata, "Mak, tadi Kakak ketemu dengan Tante Nina." "Tante Nina cantik sekali ya, Mak?"
Nina adalah temanku, bertolak belakang betul dengan aku. Dia tinggi, langsing, feminin, dan rambutnya panjang terurai membingkai wajahnya yang manis dan tulang pipinya yang tinggi.
Aku cemburu.
Aku cemburu karena anakku mengagumi perempuan lain yang bukan aku.
Kutanyakan padanya, "Memang Umak gak cantik ya, Kak?"
Anakku memandangku serba salah.
"Yaaah, cantik siiihh.."
Aku tahu dia tidak sepenuhnya jujur. Entah berapa kali kudengan protesnya waktu kami jalan-jalan ke Mall dan aku berdandan seperti biasa, T Shirt dan Jeans.
"Mak, why do you have to be so tomboyish?" "I wish you are girly."
Atau di lain waktu saat kami masih di Singapore, "Mak, my friends said you are fatty boom boom." "I hate them when they said that."
Dan aku merasa bersalah kali ini. Aku merasa bersalah karena tidak mampu membuat anakku bangga mempunyai Ibu seperti aku.
Dan untuk pertama kalinya juga dalam hidupku, aku ingin cantik.
Untuk anakku.
Selama 33 tahun hidup, baru kali ini aku merasa ingin cantik.
Mungkin pada saat aku menikah juga aku merasakan hal itu, tapi tidak sekuat kali ini.
Aku selalu memiliki berat badan berlebih sejak kecil. Tidak gemuk, tapi juga jauh dari kurus.
Sampai aku memiliki anak pertama, aku tidak pernah merasa terganggu dengan berat badanku.
Tetapi setelah hamil dan melahirkan, perawakanku yang tadinya tinggi besar, berubah menjadi tinggi besar sekali.
Aku mulai merasa terganggu.
Selama belasan tahun aku mengalami pasang surut berat badan beberapa kali. Turun 25 kg, naik 27 kg, turun 15 kg, kemudian naik 20 kg. Selalu begitu.
Sebelum hamil anak bungsuku, beratku sempat turun 25 kg, tapi 2 bulan setelah aku mencapai berat yang aku inginkan, aku hamil.
Pasrah.
Setelah anak bungsuku lahir, sampai sekarang aku hanya berhasil menurunkan 10 kg.
Sisanya masih kubawa sampai sekarang di sekitar pinggang dan perutku dan menolak untuk pergi.
Aku masih merasa kesal dan kecewa, karena aku memang tidak banyak makan, juga tidak banyak mengudap makanan kecil. Porsi makanku jauh lebih kecil dibandingkan porsi makan teman-temanku dan bahkan jauh dibanding suamiku.
Tidak sekali dua teman-teman yang dekat denganku berkomentar, "Kenapa ya elo gak kurus-kurus?" "Makan loe dikit banget." "Diet?"
Aku bukan berdiet. Ini lah yang aku mampu makan sehari-hari.
Terakhir aku membeli 4 buah donat keju kesukaanku dan aku baru bisa menghabiskan semuanya di hari ke 3. Itu pun aku paksa karena besoknya pasti sudah basi.
Aku tak tahu lagi harus dengan cara apa aku menurunkan berat badan.
Well, aku tahu sih, dengan olah raga. Tapi kemewahan itu tidak bisa aku dapatkan.
Aku punya anak-anak untuk diurus, aku punya tugas rumah tangga yang segudang.
Jalan pagi? Kapan waktunya?
Jalan malam? Apa dapat ijin suamiku?
Aku merasa jalanku buntu.
Dan tidak menolong waktu hari ini anak perempuanku berkata, "Mak, tadi Kakak ketemu dengan Tante Nina." "Tante Nina cantik sekali ya, Mak?"
Nina adalah temanku, bertolak belakang betul dengan aku. Dia tinggi, langsing, feminin, dan rambutnya panjang terurai membingkai wajahnya yang manis dan tulang pipinya yang tinggi.
Aku cemburu.
Aku cemburu karena anakku mengagumi perempuan lain yang bukan aku.
Kutanyakan padanya, "Memang Umak gak cantik ya, Kak?"
Anakku memandangku serba salah.
"Yaaah, cantik siiihh.."
Aku tahu dia tidak sepenuhnya jujur. Entah berapa kali kudengan protesnya waktu kami jalan-jalan ke Mall dan aku berdandan seperti biasa, T Shirt dan Jeans.
"Mak, why do you have to be so tomboyish?" "I wish you are girly."
Atau di lain waktu saat kami masih di Singapore, "Mak, my friends said you are fatty boom boom." "I hate them when they said that."
Dan aku merasa bersalah kali ini. Aku merasa bersalah karena tidak mampu membuat anakku bangga mempunyai Ibu seperti aku.
Dan untuk pertama kalinya juga dalam hidupku, aku ingin cantik.
Untuk anakku.
Wednesday, September 20, 2006
Indonesia VS Singapore
Adam : Mak, Bandung itu Indonesia?
Gue : Iya, dong , sayang..
Adam : Batam itu Indonesia juga?
Gue : Iya, Nak..
Adam : Then why we have to take aeroplane from Bandung to Batam?
Kenapa kita gak naik taksi aja?
Gue : Because Bandung-Batam is not like Bukit Batok-Toa Payoh, Baby..
Adam : *mikir* Jauh ya? Indonesia big ya, Mak? How big, Mak?
Gue : *sigh* I'll buy you a map tomorrow.
Adam : What is map?
Gue : endless eh, Baby? :))
*hug him tightly*
Gue : Iya, dong , sayang..
Adam : Batam itu Indonesia juga?
Gue : Iya, Nak..
Adam : Then why we have to take aeroplane from Bandung to Batam?
Kenapa kita gak naik taksi aja?
Gue : Because Bandung-Batam is not like Bukit Batok-Toa Payoh, Baby..
Adam : *mikir* Jauh ya? Indonesia big ya, Mak? How big, Mak?
Gue : *sigh* I'll buy you a map tomorrow.
Adam : What is map?
Gue : endless eh, Baby? :))
*hug him tightly*
Thursday, September 14, 2006
Posesif
Seseorang pernah berkomentar kepada seorang kawan dekat saya, bahwa saya adalah manusia posesif.
Dia benar.
Saya posesif terhadap apapun yang menjadi milik saya, atau saya pikir milik saya.
Benda, anak, suami, kawan. Name it.
Saya tidak malu mengakuinya.
Mungkin cuma satu yang saya tidak terlalu posesif, uang.
Dengan senang hati saya akan membagi uang saya yang tidak seberapa dengan orang yang saya nilai memerlukannya.
Terhadap perasaan saya pun kadang saya posesif.
Saya tidak ingin membagi perasaan saya tentang hal2 tertentu kepada orang lain.
Termasuk rasa sakit.
Rasa sakit yang saya rasakan 2 minggu ini, saya bagi sedikit, sisanya saya simpan sendiri.
Ada hal2 yang rasanya tidak ingin saya bagikan dengan siapapun tentang rasa ini, bahkan dengan suami saya sendiri.
Saya bahkan tak sanggup melukiskan perasaan saya ketika duduk di bangku Rumah Makan Padang di sebuah Ferry Terminal. Ketika di hadapan saya sebentuk wajah mungil dengan rambut halus dan mata sendu menatap saya dengan mata beningnya. Tubuh ringkihnya yang kududukan di atas meja di depanku kupeluk erat, kuabaikan panas mataku waktu senyumnya mengiringi gigitan gigitan kecilnya satu persatu menghabiskan sebatang Pocky rasa coklat yang ujung satunya kuselipkan di mulutku.
Biar rasa yang bergemuruh di hati ini hanya untukku.
Dan rasa sayang yang melanda biar kubagi dengannya...hanya untuk wajah mungil itu..
Walau aku bukan Bundanya..akupun mencintainya..
Dia benar.
Saya posesif terhadap apapun yang menjadi milik saya, atau saya pikir milik saya.
Benda, anak, suami, kawan. Name it.
Saya tidak malu mengakuinya.
Mungkin cuma satu yang saya tidak terlalu posesif, uang.
Dengan senang hati saya akan membagi uang saya yang tidak seberapa dengan orang yang saya nilai memerlukannya.
Terhadap perasaan saya pun kadang saya posesif.
Saya tidak ingin membagi perasaan saya tentang hal2 tertentu kepada orang lain.
Termasuk rasa sakit.
Rasa sakit yang saya rasakan 2 minggu ini, saya bagi sedikit, sisanya saya simpan sendiri.
Ada hal2 yang rasanya tidak ingin saya bagikan dengan siapapun tentang rasa ini, bahkan dengan suami saya sendiri.
Saya bahkan tak sanggup melukiskan perasaan saya ketika duduk di bangku Rumah Makan Padang di sebuah Ferry Terminal. Ketika di hadapan saya sebentuk wajah mungil dengan rambut halus dan mata sendu menatap saya dengan mata beningnya. Tubuh ringkihnya yang kududukan di atas meja di depanku kupeluk erat, kuabaikan panas mataku waktu senyumnya mengiringi gigitan gigitan kecilnya satu persatu menghabiskan sebatang Pocky rasa coklat yang ujung satunya kuselipkan di mulutku.
Biar rasa yang bergemuruh di hati ini hanya untukku.
Dan rasa sayang yang melanda biar kubagi dengannya...hanya untuk wajah mungil itu..
Walau aku bukan Bundanya..akupun mencintainya..
Monday, September 11, 2006
Maafkan
Aku malu mengaku sahabatmu..
Tapi aku tak pernah tahu kelam itu..
Yang membayangi, mengikuti dan menghantui..
Sampai kau bawa pergi..
Sekali dua kulihat kelabu di matamu..
Ingin kutanya tapi selalu kutelan kembali..
Padahal aku mengaku sahabatmu..
Tapi kenapa tak kubelai lukamu?
Maafkan aku..
Maafkan aku..
Dengan cara apa kutebus salahku?
Jemputlah aku kala waktuku tiba..
Akan kucium keningmu seperti biasa..
Semoga tujuan kita tak berbeda..
Karena kutahu pasti kau ada di surga..
Batam Centre, 11 September 2006
Sehari sesudah (seharusnya) Ulangtahunmu
Tapi aku tak pernah tahu kelam itu..
Yang membayangi, mengikuti dan menghantui..
Sampai kau bawa pergi..
Sekali dua kulihat kelabu di matamu..
Ingin kutanya tapi selalu kutelan kembali..
Padahal aku mengaku sahabatmu..
Tapi kenapa tak kubelai lukamu?
Maafkan aku..
Maafkan aku..
Dengan cara apa kutebus salahku?
Jemputlah aku kala waktuku tiba..
Akan kucium keningmu seperti biasa..
Semoga tujuan kita tak berbeda..
Karena kutahu pasti kau ada di surga..
Batam Centre, 11 September 2006
Sehari sesudah (seharusnya) Ulangtahunmu
Thursday, September 07, 2006
Aku tak ingin menulis apapun
Aku mati rasa..
Sebagian dari diriku pergi denganmu..
Aku tak ingin menuliskan apapun..
Tidak blog, tidak sebuah eulogi, tidak apapun..
Karena potongan potongan memori denganmu terserak dalam ingatanku..
Seperti potongan potongan film yang sesekali aku putar balik..
Emosiku habis..
habis..
habis..
waktu kudampingi engkau di saat mandi terakhirmu..
hanya ragaku dan ragamu di situ..
jiwamu sudah diambil-Nya..
dan jiwaku seakan tak lagi di sana..
hanya satu yang bisa aku ucapkan waktu kuterduduk dan menyadari segalanya..
Jemput aku nanti kalau waktuku tiba, Sobat..
Aku tak ingin melangkah sendirian..
Aku...takut....
Batam, 7 September 2006
Sebagian dari diriku pergi denganmu..
Aku tak ingin menuliskan apapun..
Tidak blog, tidak sebuah eulogi, tidak apapun..
Karena potongan potongan memori denganmu terserak dalam ingatanku..
Seperti potongan potongan film yang sesekali aku putar balik..
Emosiku habis..
habis..
habis..
waktu kudampingi engkau di saat mandi terakhirmu..
hanya ragaku dan ragamu di situ..
jiwamu sudah diambil-Nya..
dan jiwaku seakan tak lagi di sana..
hanya satu yang bisa aku ucapkan waktu kuterduduk dan menyadari segalanya..
Jemput aku nanti kalau waktuku tiba, Sobat..
Aku tak ingin melangkah sendirian..
Aku...takut....
Batam, 7 September 2006
.....
Senja hitam ditengah ladang
Di ujung permatang kau berdiri
Putih diantara ribuan kembang
Langit diatas rambutmu
Merah tembaga
Engkau memandangku
Bergetar bibirmu memanggilku
Basah dipipimu air mata
Kerinduan, kedamaian...
Batu hitam diatas tanah merah
Disini akan kutumpahkan rindu
Kugenggam lalu kutaburkan kembang
Berlutut dan berdoa
Surgalah ditanganmu, Tuhanlah disisimu
Kematian adalah tidur panjang
Maka mimpi indahlah engkau..
Pagi, engkau berangkat hati mulai membatu
Malam, kupetik gitar dan terdengar
Senandung ombak dilautan
Menambah rindu dan gelisah
Adakah angin gunung, adakah angin padang
Mendengar keluhanku, mendengar jeritanku
Dan membebaskan nasibku
Dari belenggu sepi?
Di ujung permatang kau berdiri
Putih diantara ribuan kembang
Langit diatas rambutmu
Merah tembaga
Engkau memandangku
Bergetar bibirmu memanggilku
Basah dipipimu air mata
Kerinduan, kedamaian...
Batu hitam diatas tanah merah
Disini akan kutumpahkan rindu
Kugenggam lalu kutaburkan kembang
Berlutut dan berdoa
Surgalah ditanganmu, Tuhanlah disisimu
Kematian adalah tidur panjang
Maka mimpi indahlah engkau..
Pagi, engkau berangkat hati mulai membatu
Malam, kupetik gitar dan terdengar
Senandung ombak dilautan
Menambah rindu dan gelisah
Adakah angin gunung, adakah angin padang
Mendengar keluhanku, mendengar jeritanku
Dan membebaskan nasibku
Dari belenggu sepi?