Dear Teteh,
Assalamu'alaikum, Teh..
Bagaimana khabarnya hari ini, Teh?
Pasti teu pararuguh asa kasuat-suat nya saban emut ka si Aa?
Tapi pasti Teteh kuat walaupun kadang ingin berteriak pada saat perasaan tersayat sembilu itu menggores hati Teteh terutama di malam-malam Teteh tau Aa sedang bersamanya, sang perempuan kedua.
Saya yakin yang Teteh lakukan saat itu adalah mengambil air wudhu dan sholat tahajud sambil berharap Yang Maha Kuasa selalu memberikan kekuatan yang dahsyat pada saat Aa mencoba membujuk hati Teteh dengan menyanyikan lagu cinta rombengan di depan Ibu-Ibu pengajian yang mendengarkan nyanyian Aa dengan perasaan ambivalen, walaupun perasaan Ibu-Ibu itu mungkin tak ada 10% pedihnya hatimu melihat suami tercinta masih berusaha membeli maaf Teteh yang mungkin tak akan pernah bisa ditebus dengan 1000 lagu cinta rombengan atau puisi picisan.
Teteh sayang,
Saya akui saya tidak pernah mengagumi Aa. Saya malahan sangat tidak menyukainya.
Walaupun saya rasa ceramahnya memang sering segar, tapi saya merasa dia adalah penyuka perhatian. Apalagi perhatian perempuan.
Saya ingat di KBRI Singapura pada saat saya ada kesempatan berbicara serius dengannya, dia tiba-tiba meninggalkan saya tanpa ba bi bu karena salah seorang Ibu Pejabat yang hadir di situ menarik tangan Aa sambil berkata kenes, "Aa, ayo kita poto-poto!!"
Dan Sang Aa langsung mengikuti Ibu tersebut untuk sesi foto yang sangat tidak islami.
Saya seketika berontak dalam hati, bagaimana seseorang yang katanya ulama malah seperti menikmati sesi foto yang berdempet-dempetan dengan perempuan-perempuan yang bukan muhrimnya?
Tapi seperti saya juga mungkin, Teteh menganggap suami adalah segalanya, sehingga walaupun saya yakin Teteh sering melihat sendiri kejadian seperti itu, Teteh menutup mata dan membujuk hati Teteh sendiri dengan berkata, "Ah, itu kan bukan keinginannya sendiri. Dia melakukannya karena terpaksa."
Sayapun yakin, sampai saat ini, walaupun dia sudah menghasilkan luka menganga di hati Teteh, Teteh tetap memujanya.
Lagipula, betapa nistanya kalau istri seorang ulama tidak sanggup menahan diri dari hawa nafsu untuk marah dan meminta cerai misalnya waktu mendapatkan dirinya dimadu.
Itu mungkin apa yang Teteh rasa.
Tapi apakah tidak bisa dibalik? Betapa nistanya seorang ulama yang tidak sanggup menahan diri dari hawa nafsu untuk menikahi janda cantik yang selama ini menjadi rebutan kolega-koleganya?
Teteh sayang,
Saya sangat tidak anti poligami. Saya yakin itu tidak diharamkan dalam agama kita karena alasan yang sangat manusiawi dan untuk keadaan darurat.
Pada saat perang, di mana janda-janda (cantik ataupun buruk rupa) kehilangan suami-suami mereka dan tidak ada yang mengurus mereka dan anak-anak mereka, itu wajib untuk dilindungi dan dinafkahi.
Tapi kalau dari semua janda yang ada di Indonesia ini yang dipilih hanyalah yang cantik, saya sudah ragukan niatnya.
Janda-janda yang harus dilindungi, juga anak-anak mereka tersebar di tanah Aceh sana, di Ambon, di Yogya, bahkan di Bandung pun tak terhitung jumlahnya.
Kalau memang berniat ibadah, kenapa tidak mereka saja yang dinikahi?
Pilih satu di antara mereka kalau tidak sanggup menyelamatkan 2 lainnya.
Kenapa harus menikahi yang sudah menjadi rebutan setiap orang dengan alasan agar tidak ada perebutan dan agar adil bagi semua koleganya.
Itu seperti berkata, "Ok, sekarang daripada kalian rebutan kue bolu ini, biar saya saja yang memakannya." "Habis urusan."
Tapi Teteh kan bukan kue bolu?
Teteh kan manusia..
Wanita..
Yang selama ini tak lelah mengurus dia dan anak-anaknya.
Mendukungnya dan mengurut kakinya pada saat ia pulang dari ceramah yang memenatkan.
Berpuluh tahun.
Saya tak habis pikir, Teh.
Tadi saya dengar seorang artis dangdut laki-laki terkenal dan sudah sangat senior dalam urusan perdangdutan dan poligami berkomentar, "Lebih baik begitu, daripada punya istri satu tapi punya pelacur 10."
Bagaimana sih jalannya logika dia?
Apakah tidak lebih baik punya istri satu dan tidak punya pelacur satupun ?!?
Bagaimana ini?
Apa tujuan dia menikah lagi?
Apa yang kurang dari Teteh?
Apa misinya sebenarnya?
So far yang dia lakukan saat ini adalah menyakiti Teteh, anak-anak kalian, dan semua penggemar yang tertipu olehnya.
Saya termasuk yang beruntung tak pernah tertipu olehnya sejak awal.
Harus saya akui juga, Teh.
Selama ini saya tidak pernah memerhatikan Teteh, Teteh hanyalah bayang-bayang di balik sosok flamboyan suami Teteh.
Tapi hari ini, pada saat saya melihat Teteh di sana, menahan air mata sekuat-kuatnya, berusaha tabah sambil tak henti-henti merefer Yang Maha Kuasa sebagai pemberi kekuatan, air mata saya tumpah.
Di sana kau berkata, "Kita harus kuat apabila Tuhan memberikan cobaan." lalu disambung dengan, "Semakin lama kita menikah, semakin berat biasanya masalah yang menerpa."
Saya tidak tahu sejauh mana kebenaran pernyataan terakhir itu, tapi dari situ saya mengambil kesimpulan bahwa Teteh tidak sepenuhnya ridho terhadap pengkhianatan cinta itu.
Saya berulangkali mendengar kata, "Perempuan mana sih yang rela dimadu?"
Dan di situ juga saya mengambil kesimpulan, Teteh sebenarnya tidak rela.
Tapi Teteh terlalu mencintai suami Teteh dan anak-anak Teteh sehingga Teteh berusaha kuat dan ridho dan selalu berdoa kepada-Nya agar memberikan kekuatan kepada Teteh untuk menghadapinya.
Confirmed. Suami Teteh telah menyakiti Teteh karena kalau tidak sakit, mustahil Teteh mengatakan bahwa ini adalah 'cobaan' dan 'masalah dalam rumah tangga".
Teteh yang berwajah sendu,
Maaf kalau kata-kata saya terlalu straight-forward.
Saya tidak menyalahkan Teteh sama sekali kalau tetap bertahan dengannya.
Toh Teteh juga percaya kalau Teteh didzalimi, maka pahala akan datang pada Teteh dan siksaan akan datang pada yang mendzalimi Teteh.
Serahkan saja pada Yang Maha Kuasa selama Teteh bisa, tapi apabila Teteh memutuskan bahwa Teteh juga berhak bahagia, saya ada di belakang Teteh.
Berdoalah, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan seseorang yang bisa mencintai Teteh tanpa membaginya dengan siapapun.
Maafkan saya tidak bisa memberikan kata-kata penghiburan, karena saya tahu persis rasanya mencintai seseorang dan kemampuan seorang perempuan untuk pasrah, asalkan laki-laki yang dicintainya tetap menjadi miliknya.
Teteh sayang,
Jangan menangis ya..
Saya yakin jutaan perempuan Indonesia sudah menangis melihat wajah sendumu di layar kaca.
Biarlah kami yang mewakili tangismu.
Atas nama cinta,
Mel