Tuesday, February 05, 2008

Karena (Katanya) Putih Itu Cantik



Saya termasuk salah satu manusia yang dengan rela dibodoh-bodohi bahwa putih itu cantik. Sebenarnya kalau nanya diri sendiri, saya gak masalah dengan warna kulit, tapi kenyataannya dunia kecantikan sudah setuju bahwa makin putih berarti makin cantik. Dan berbondong-bondonglah perempuan di seluruh dunia memakai produk pemutih. Untung saja tidak sedesperate itu sampai membenamkan wajah di cairan bleach untuk pakaian.

Sekali lagi, saya tidak menganggap hitam itu buruk. Selagi terawat, tidak ada yang jelek. Kulit putihpun kalau jorok tentunya tidak enak dilihat. Susahnya, saya latah. Walaupun saya tidak merasa cantik, tapi saya mulai berpikir untuk memaintain kulit saya sebisa mungkin wrinkle-free. Banyak alasan kenapa saya tidak mau kulit saya berkeriput, tapi saya rasa alasan terbesar saya adalah : ikut-ikutan orang.

Jadi bulan kemarin saya kesambet dan beli 10 lembar masker yang dibungkus individual, untuk dipakai malam hari. Iklannya sih untuk memutihkan kulit wajah, merawat supaya tetap lembut, putih, dan kenyal (kok kayak kue moci?)

Lalu malam tadi, dengan mengambil resiko suami saya terbangun dari tidurnya dan kemudian shock beyond repair dan harus seumur hidup dalam terapi, saya diam-diam pergi ke kamar mandi dan memasang salah satu masker yang saya beli tersebut.

Dasarnya saya memang jarang sekali pakai masker, saya malah cekikikan waktu kemudian berbaring di sebelah suami dan membayangkan dia terbangun, menoleh dan horrified kalau dia sampai melihat wajah saya yang dimasker. Hampir saya buka, tapi godaan untuk mendapatkan kulit mulus tak berkeriput demikian hebatnya.

Pagi ini saya bangun untuk menagih janji iklan masker tersebut dan berharap bahwa uang yang saya keluarkan untuk membeli masker yang harganya ridiculous ini sepadan.

Phew, apa mata saya membohongi saya...apa saya tersugesti jargon jargon iklan kecantikan.. tapi kok perasaan muka saya lebih segar bangun tidur kali ini.

Ah, beli masker lagi gak ya?