Something I Took For Granted
Kita cium bibir suami kita pada saat dia akan pergi ke tempat kerjanya.
Lalu kemudian dia cium kening kita dan mengucapkan salam.
8-10 jam kemudian dia akan kembali dan mencium bibir dan kening kita pada saat pulang ke rumah.
Itu adalah sesuatu yang hampir setiap istri jalani, setiap hari, dan menjadi rutinitas harian yang kadang kurang disyukuri.
Yang saya tahu, 3 orang istri di hari Selasa kemarin kehilangan itu semua.
Selasa pagi, 4 April 2006, adalah terakhir kali mereka melihat suaminya dalam keadaan hidup.
Sebuah kecelakaan Crane di tempat kerja suamiku merebut nyawa 3 orang suami.
Salah satu kecelakaan terbesar yang pernah terjadi di Shipyard di Singapore.
(Lihat berita di link yang disediakan pada judul posting ini)
Dan aku harus menghitung bahwa aku adalah termasuk yang beruntung.
Walaupun hatiku pedih membayangkan duka 3 orang istri yang kehilangan belahan jiwanya.
Membayangkan beberapa orang anak yang ditinggal ayahnya.
Lalu aku tertunduk, aku ingat cerita suamiku tentang apa saja yang dia harus kerjakan setiap hari.
Karena pekerjaannya sebagai Senior QC/QA Engineer, dia harus naik ke ketinggian ekuivalen dengan 14 lantai untuk memastikan pekerjaan yang dilakukan sudah benar.
14 lantai naik tangga vertikal, dengan pengaman sebuah safety harness.
Yah, hidup suamiku tergantung ketrampilannya menggunakan tangga itu dan menyelipkan safety harness itu pada tangga di atasnya.
Hatiku kecut.
Airmataku tak sanggup kubendung.
Kecelakaan di tempat kerja suamiku itu aku yakin membuka mata ratusan istri-istri lainnya.
Pagi ini sambil kusiapkan tas kerjanya, suamiku berkata,
"Kok gue jadi paranoid begini ya?"
"Setiap gue mau naik, gue cari2 di mana posisi crane."
"Gue kira2 kalau sampai jatuh, gue harus lari kemana."
"The problem is, nobody can predict when or where."
Aku terdiam. Hatiku bergemuruh.
Kuyakinkan bahwa kecelakaan itu setidaknya membuat semua orang jadi lebih berhati2.
Tapi tak kukatakan padanya bahwa aku juga memendam kekhawatiran yang sama.
Aku tak ingin dia lebih terbebani.
Dan pagi ini juga saat kucium bibirnya, dan ia mencium keningku dan mengucapkan salam, aku cuma berkata dalam hati,
"Tuhan,jagalah selalu suamiku...aku tak bisa hidup tanpanya."
Abang, I promise you I wont yell at you anymore if you keep forgetting to pick your socks from the floor, or when you too lazy to clean the bathroom and the toilet.
Just promise me you'll come home to me safely, everyday.
For the rest of our life.
Lalu kemudian dia cium kening kita dan mengucapkan salam.
8-10 jam kemudian dia akan kembali dan mencium bibir dan kening kita pada saat pulang ke rumah.
Itu adalah sesuatu yang hampir setiap istri jalani, setiap hari, dan menjadi rutinitas harian yang kadang kurang disyukuri.
Yang saya tahu, 3 orang istri di hari Selasa kemarin kehilangan itu semua.
Selasa pagi, 4 April 2006, adalah terakhir kali mereka melihat suaminya dalam keadaan hidup.
Sebuah kecelakaan Crane di tempat kerja suamiku merebut nyawa 3 orang suami.
Salah satu kecelakaan terbesar yang pernah terjadi di Shipyard di Singapore.
(Lihat berita di link yang disediakan pada judul posting ini)
Dan aku harus menghitung bahwa aku adalah termasuk yang beruntung.
Walaupun hatiku pedih membayangkan duka 3 orang istri yang kehilangan belahan jiwanya.
Membayangkan beberapa orang anak yang ditinggal ayahnya.
Lalu aku tertunduk, aku ingat cerita suamiku tentang apa saja yang dia harus kerjakan setiap hari.
Karena pekerjaannya sebagai Senior QC/QA Engineer, dia harus naik ke ketinggian ekuivalen dengan 14 lantai untuk memastikan pekerjaan yang dilakukan sudah benar.
14 lantai naik tangga vertikal, dengan pengaman sebuah safety harness.
Yah, hidup suamiku tergantung ketrampilannya menggunakan tangga itu dan menyelipkan safety harness itu pada tangga di atasnya.
Hatiku kecut.
Airmataku tak sanggup kubendung.
Kecelakaan di tempat kerja suamiku itu aku yakin membuka mata ratusan istri-istri lainnya.
Pagi ini sambil kusiapkan tas kerjanya, suamiku berkata,
"Kok gue jadi paranoid begini ya?"
"Setiap gue mau naik, gue cari2 di mana posisi crane."
"Gue kira2 kalau sampai jatuh, gue harus lari kemana."
"The problem is, nobody can predict when or where."
Aku terdiam. Hatiku bergemuruh.
Kuyakinkan bahwa kecelakaan itu setidaknya membuat semua orang jadi lebih berhati2.
Tapi tak kukatakan padanya bahwa aku juga memendam kekhawatiran yang sama.
Aku tak ingin dia lebih terbebani.
Dan pagi ini juga saat kucium bibirnya, dan ia mencium keningku dan mengucapkan salam, aku cuma berkata dalam hati,
"Tuhan,jagalah selalu suamiku...aku tak bisa hidup tanpanya."
Abang, I promise you I wont yell at you anymore if you keep forgetting to pick your socks from the floor, or when you too lazy to clean the bathroom and the toilet.
Just promise me you'll come home to me safely, everyday.
For the rest of our life.
11 Comments:
smoga Allah slalu melindungi org2 yg kita cintai.. take care..
Aamiin!
mudah2an selalu dilindungi yg mahakuasa.. terharu membaca entry ini.. it stirs emotion
amiin
insyaAllah,akan selalu dijaga-Nya orang-orang yang kita sayangi..
Thanks Mel... postingnya mengingatkan kita kalo manusia itu kecil ya.. takut sama Penciptanya.
Fiuuuh. Moga2 doa2nya terkabul, Jeng.
indeed, the Almighty has a funny way to remind us not taking anything for granted.
and i'm touched by this entry.
hope you're fine dear :)
Aduh, dah lama nggak ke sini dapet suguhan cerita begini. Only you can make me laugh and cry reading your story dear. Cerita lo ngingetin kecilnya kita dan cuma dengan berserah diri kita bisa ngejalanin hidup ya, kalo nggak gue rasa kita nggak akan bebas dari hidup dalam ketakutan.
Hugs.
very touchy posting.... beneran we like to take it for granted...aku jg jd tambah sayang nih sama misua...doa jd lebih kusyu yaaaaah
Duh sedih sekali bacanya,sungguh.Mengingatkan sy pd my late father who,one day,more than 25 years ago,involved in a traffic accident on his way home from work,and..died..on the spot..instantly.Sakitnya?Jgnkan hilang,berkurangpun tdk!Traumanya?Dalem!Thing is,kita ga bisa m'hindar dari takdir,klopun bkn meninggal krn kecelakaan,pasti akan dgn sebab lain:-(Bisakah doa merubah takdir?Mudah2an.Semoga tdk secepat itu Alloh 'memanggil pulang'org2 terpenting dan tercinta dlm hidup kita.Semoga kita siap ketika saat itu datang,amiin,amiin,amiin.
*Mel, saya temanmu di IOE, Lintang, ingat?Tentu tidak...it's been too long ago :-D*
Aduh ceuceu... Udah lama gak ke sini, eta entry2na matak cirambay kabeh euy. Baik karena terharu maupun yang heartwarming..terharu lah pokoknya.
Take care, babe.
Post a Comment
<< Home