Monday, January 23, 2006

Cinta Natalie

Terburu-buru langkahku menuju rumah sore itu, sudah 3 jam aku meninggalkan anak2ku dalam pengawasan suamiku karena aku harus menghadiri Talk Show yang diselenggarakan oleh kelompok penulis dalam Forum Lingkar Pena di Nanyang House, belum dihitung waktu yang kuhabiskan untuk mencari taksi yang entah mengapa setiap siang hari selalu langka ditemukan di jalan depan rumahku.
Masih harus ditambah perjalanan selama 45 menit mencari lokasi acara tersebut yang mengherankannya, bahkan mahasiswa yang kuliah di kampus Nanyang Technological University sulit untuk menemukannya.

Bukan murni salah mereka, kampus NTU memang besarnya mengalahkan kompleks perumahan elit di Jakarta. Papan petunjuk jalannya pun sedikit membingungkan.
Untung aku sampai di acara tersebut tidak terlalu terlambat dan masih bisa mengikuti sesi keduanya. Sesi pertama terpaksa aku lewatkan karena aku harus memasak makan siang untuk suami dan anak-anakku dulu. Itu memang salah satu syarat suamiku. "You can do everything you want after you finished your job. And that means washing,cooking,housekeeping etc etc."
Buatku kadang syarat itu menjadi impossible. Apa bisa aku melakukan apa saja yang aku mau kalau tenagaku sudah habis karena mengerjakan semua pekerjaan di rumah?
Tricky

Dalam ketergesaanku menuju rumah aku hampir saja melewati sesosok perempuan yang sekilas aku kenal karena dia adalah ibu dari teman sekolah anakku. Anakku dan anak-anaknya juga pergi dan pulang sekolah dengan School Bus yang sama. Anakku yang besar, perempuan, berteman baik dengan anak perempuannya, si bungsu dari 3 anak. 2 laki-laki dan 1 perempuan.
Perempuan itu sedang terduduk di sebuah bangku di ruang kosong di bawah Apartement Block-ku.
Di Singapore tempat aku tinggal ini memang hampir semua apartement block lantai satunya tidak diisi rumah, tetapi dikosongkan untuk tempat tetangga berkumpul apabila ada cara perkawinan, pemakaman atau hanya sekedar untuk tempat beranjangsana.
Ruang kosong ini diisi dengan bangku dan meja permanent untuk duduk-duduk. Tak jauh dari bangku-bangku tersebut sebuah Vending Machine tempat membeli minuman ringan biasanya dipasang untuk melengkapi fasilitas tersebut.

Perempuan itu menoleh ketika aku lewat. Senyumnya mengembang tipis mengenali wajahku yang familiar baginya. Sesuatu yang langka ditemukan di Singapore, walaupun kami berdua juga tetangga, tapi itu bukan jaminan untuk saling bertegur sapa.
Paling jauh hanya saling mengangguk apabila kebetulan menaiki lift yang sama. Tidak ada pertukaran kata.
Apalagi dengan dia aku tidak tinggal di block yang sama. Kami tinggal terpisah beberapa blok. Itu mengapa aku agak heran melihatnya duduk di bawah blokku.

Aku tahu namanya Natalie. Dia adalah seorang Eurasian, dengan darah campuran Melayu, Cina, dan Australia. Suaminya juga eurasian dengan darah Melayu, Cina, dan Scotland. Tak heran 3 anaknya, Ashley, Bryan, dan Sally mempunyai wajah yang unik dan manis-manis. Aku hampir tidak mengenalinya tadi karena badannya yang dulu sangat montok berubah menjadi langsing.
Aku mendekatinya, "Hi, neighbour..," kataku sambil menepuk bahunya pelan.
Natalie membalas sapaanku, dan kami mulai berbincang-bincang dalam bahasa campuran Inggris dan Melayu.
Kami berbicara tentang anak-anaknya, anak-anakku, dan tentang sekolah mereka yang makin lama makin sulit materi pelajarannya.

"Excuse my malay, Dear.. I better talk to you in English, my malay is so poor I barely can understand you," katanya sambil sekali lagi mengembangkan senyum tipisnya.
Aku tergelak, "It's okay, Nat. My Malay is not that good either, and if I talk to you in Bahasa Indonesia you'll be crazy trying to understand the slang. " "Eh, by the way, you've slimmed down, you look really nice."
Natalie tersipu, "Aiyoh, I lose weight because of 'susah hati', lah.."

Sambil menghela napasnya, Natalie tiba-tiba berkata, " It's about Sally, she failed all subjects last year. I don't know what to do." "She refused to go to school everyday." "I must struggle just to wake her up and getting her ready." "She said she just want to stay home with me."

Aku menatapnya. Ingin bertanya tapi takut melanggar privacynya. Saat itu juga lihat bening menggenang di matanya dan aku tak sanggup lagi menahan tanya, " Something wrong at home, Nat?"
Meledak tangis Natalie dan di antara isaknya kudengar, "I think my husband has an affair."

Aku tertegun. Perempuan secantik ini? Dikhianati?

Lalu mengalirlah ceritanya, sudah setahun ini suaminya pulang setelah pergantian malam, setiap ditanya ia menjawab kerja dan kerja. Setiap hari pula suaminya selalu terlibat dalam percakapan dengan suara perlahan di dalam telepon genggamnya. Selalu dalam keadaan gelisah dan tak betah di rumah.
Setelah keadaan semakin memburuk, Natalie mulai melakukan penyelidikan dan puncaknya, hari itu, Natalie menelpon perempuan yang selama berbulan-bulan ia curigai sebagai kekasih suaminya, di depan suaminya.
Dan pintu neraka terbuka seluruhnya.

"Today is Ashley's 13th birthday, and he saw us having a big fight." "He's now completely understand why his father didn't come on his prom night last year. He knows everything now, " isak Natalie lirih.
"What should I do? What should I do?"

Kugenggam tangannya. Mataku basah. Aku memahami kepanikannya.

"I met him when I was 19, I married him when I was 22. I dedicated all my life to him and our family, and now suddenly he said I better lead my own life, and he leads his own, there's no need for divorce, just for the sake of the kids."
"But how about my heart????"
, jeritnya lagi.

Aku kehilangan kata-kata.
Aku seperti mendengar ceritaku sendiri dituturkan olehnya.
Aku juga bertemu suamiku di usia 19, menikah di usia 22, dan kudedikasikan hidupku seluruhnya untuk suamiku dan kemudian anak-anakku.
Natalie sekarang berumur 35, tidak punya pekerjaan, tidak punya pendidikan cukup, dan tidak punya pengalaman apapun untuk memulai bekerja.
She's terrified. I'm terrified.

Kami berdua akhirnya hanya terduduk dalam diam, diselingi sekali-sekali isaknya, dan kata-kata hiburanku yang seperti membentur tembok tebal.
Kutunda kepulanganku ke rumah. Saat ini sosok perempuan yang nyaris asing ini lebih membutuhkanku.

"Natalie, would you take him back if he stopped seeing that woman?", tanyaku.
Bibir cantik itu bergetar hebat.
"If he promised to change to the man he used to be when I marry him. If he promised to love the children and me like he used to be, I will."

Aku menyarankan perpisahan sementara. Itu lebih baik daripada langsung meminta cerai.
Kukatakan sebaiknya mereka sama-sama mengambil waktu untuk berpikir.

Natalie memandangku di bawah bulu matanya yang basah dan berbisik, "But how if this separation will make his love with that woman grow stronger?? I will lose him forever. I can't afford that, I love him so much."

Hatiku seperti ditinju. Kalau ini terjadi padaku, apakah aku akan sekuat dirinya?
Air mataku tumpah berderai derai bersamanya, "Then let it be, Nat..Then let it be.."

Kami berdua bergenggaman tangan di bangku di bawah blok rumahku.
Menangis bersama.
Dua perempuan yang awalnya hanya saling mengenal sekilas, tiba-tiba disatukan oleh sebuah perasaan yang sama, ketakutan akan kehilangan.

Natalie takut karena perpisahan dan kehilangan itu sudah di depan mata.
Aku takut karena semakin lama semakin sering aku mendengar kejadian seperti ini. Sejujurnya aku sangat takut.

Lebih satu jam kuhabiskan bersama Natalie. Waktu akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke rumahnya sebelum anak-anaknya panik mencarinya, kupeluk erat badan ringkihnya yang dulu begitu sintal.
Kuucapkan kata-kata hiburan dan menguatkan untuknya, dan kami saling melambaikan tangan di tengah isak tertahan kami berdua.

Dalam hatiku aku berkata, detik pertama yang akan aku lakukan sesampainya di rumah nanti setelah memeluk anak-anakku adalah mencari suamiku yang tentunya ada di dalam kamar, mendekap guling tercintanya sambil tiduran siang seperti biasanya dia lakukan setiap hari Minggu. Aku akan mencium tangannya dan mengatakan padanya supaya ia jangan pernah pergi meninggalkan aku.
Tak apalah dengan kebiasaannya menaruh handuk sembarangan, kaus kaki yang berantakan dan nyaris tak pernah mandi sepanjang hari libur.
Aku lupakan itu semua asal dia berjanji untuk tetap melakukan itu di dalam rumah kita bersama sepanjang hidupnya, sepanjang hidup kita.

Dan pertama kalinya dalam perkawinan kami aku merasa sangat takut kehilangan.
Tuhan, jaga cinta kami, selamatkan cinta Natalie.


Singapore 23 january 2006

13 Comments:

Anonymous Anonymous njeplak...

Fiuhhhh.... sudah sana kirim... kiriimmm... Kamu emang jago, kamu emang jago!

9:40 AM  
Blogger Ellen Widyasari njeplak...

spicles :((

10:22 AM  
Blogger wafa-bunda njeplak...

Mel, mudah2an Nat bisa dpt jalan keluar terbaik yaaa dan beneer kata han han...dikau emang jago Mel:)

10:38 AM  
Blogger BundaZidan&Syifa njeplak...

hiks..
g tau mo ngomong apa..

3:22 PM  
Anonymous Anonymous njeplak...

teh mela,

mudah2an temennya dikasi kemudahan dan jalan keluar yang terbaik buat dia dan anak2nya..

mudah2an kita semua terhindar dari hal semacam ini ya, mudah2an suami2 kta dijaga hatinya..amin

ova

3:25 PM  
Anonymous Anonymous njeplak...

duhh tehh...ga sanggup ngbayanginnya...mdh2n Natali dapet jalan qeluar yg terbaiq, andaipun...terjadi hal2 yg ga diharapqan, mdh2n dia cuqup punya qequatan u/ menghadapinya...:(
dan, mdh2n qita ga ngalami spt yg nat alami...

*speechless*...............

7:44 AM  
Anonymous Anonymous njeplak...

ikutan nangisssssssss...

~welink~

12:18 PM  
Blogger nuuul njeplak...

duh, kenapa harus selalu ada percintaan untuk kemudian penghianatan...

4:05 PM  
Blogger Rani njeplak...

mudah2an harkat dan martabat wanita bisa terangkat supaya ga habis manis sepah dibuang kayak begitu.. dasar lelaki..huuuh...

mudah2an dikasih solusi yg terbaik oleh yg mahakuasa utk natalie.

7:16 PM  
Blogger eChie njeplak...

Amin.
Teh Mela ayok terbitin novel/cerpen

12:47 AM  
Blogger Nauval Yazid njeplak...

get yourself off that lazy chair, and write!
wait ...
don't we sit while we write? :D

12:58 PM  
Anonymous Anonymous njeplak...

masih untung affair suaminya ama perempuan lain, coba kalo sama laki juga? bakal 2x kacau deh.

1:37 AM  
Blogger Arya njeplak...

kakak mel .. natalie ...
aku juga produk keluarga yang diwarnai perselingkuhan ... bapakku punya 3 istri ... mau tahu gimana kami bertiga --aku,ibuku, dan adikku-- bertahan ... mungkin kakak mel .. and natalie perlu membaca ini :

http://manislegit.blogspot.com/2005/12/perselingkuhan.html

bagaimana kami menguatkan satu sama lain ..

semoga problemnya segera ada solusinya ...

cheers ...

6:26 PM  

Post a Comment

<< Home