Wednesday, March 08, 2006

A Lame Way To Die

Fira pulang sekolah kemarin, tersengal2 napasnya pendek2.

"Mak, ada orang bunuh diri lagi, lompat dari atas!"
"Di blok sebelah, di carpark deket Basketball Court, mayatnya pas Kakak lewat sudah ditutup tapi kakinya kelihatan."

Aku berhenti melihat ke arah acara di TV.
Hatiku kelabu.

Sejak tinggal di Singapore, sudah 2 kali Fira melihat orang mati bunuh diri lompat dari gedung apartement. 1 kali lagi orang mati ditabrak mobil. Semua yang mati adalah tetangga kami. Yang mungkin wajahnya cukup familiar dan pernah saling mengangguk kala berpapasan.

Aku sendiri belum pernah melihat, dan jangan sampai.

Yang bunuh diri kemarin, aku baru tahu siapa orangnya setelah aku bertanya ke si Babeh di kedai India di depan. Kedai si Babeh terletak sekitar 50 meter dari tempat jatuhnya perempuan itu.
Dia berusia sekitar 45 tahun. Putih, pendek, dan berwajah biasa, dengan tompel kecil di pipi kanannya. Aku sering bertemu dengannya di Coffee Shop depan rumah.
Menurut khabar, dia kalah judi, $3000 utangnya pada loanshark.
Dia meninggalkan seorang suami, dan 3 anak berusia 9 - 21 tahun.
Aku tahu semua ini dari si Babeh.
Koran setempat tidak akan pernah memuat berita seperti ini, kecuali ada nilai jual misalnya korban adalah seseorang yang cukup dikenal.

Perempuan ini bukan siapa2. Dia 'hanya' seorang Ibu dan istri yang kalah, lelah, dan tidak mendapat pertolongan dari siapapun untuk menghadapi masalahnya.

Setelah berbincang2 dengan si Babeh selama 30 menit-an, aku baru tahu bahwa dalam tahun 2005 saja sudah 6 orang yang bunuh diri dengan terjun bebas dari blok sekitar kami.
Aku saja yang tidak tahu karena kasus seperti ini biasanya tidak diperbincangkan.
Semua orang seperti enggan membahasnya.

Dan hanya satu kalimat yang muncul di otakku sejak mendengar cerita ini.
It's a lame way to die.

5 Comments:

Blogger MaMahoney njeplak...

Jd inget tetangga dpn blok gw yg terjun bebas jg stlh bunuh anak bininya terlebih dulu.. kasusnya serupa gara2 judi
stlh itu bbrp hari anjing sekitar kalo malem melolong-lolong... pokoke suasananya tiba2 jd gak enak.. ati2 lo mel, liat tuh dibelakangmu... hiiiiiyyy

12:22 PM  
Anonymous Anonymous njeplak...

Siapa bilang hidup di Singapur enak ya, jeng? Fiuh. Moga2 Fira gak trauma.

5:14 PM  
Blogger guario njeplak...

MY GOD. Di Singapur orang2 gede yang pada bunuh diri, di sini, banyak anak2 SD yang bunuh diri untuk alasan yang sepele. Duh.

5:37 PM  
Anonymous Anonymous njeplak...

Mudah2an kita selalu dikuatin imannya yach...jd ngga ambil jalan pintas kaya gitu :(

6:24 PM  
Blogger Nauval Yazid njeplak...

gue pikir tinggal di holland village yang cukup bohemian buat singapore's standard akan membebaskan gue dari pengalaman seperti ini, tapi nyatanya ...
sekali pernah gue liat, dan ngga akan lagi.
enough is enough.

1:03 AM  

Post a Comment

<< Home