Tuesday, June 24, 2008

Nanne

Aku memeluknya waktu kita menangis berdua di atas liang lahat Mimi. Semua kekesalan, kekecewaan, amarah yang menumpuk selama 2 tahun, hilang seketika. Tangisnya yang pilu di pundakku membuat aku luluh dan aku berbisik, "Ne, jangan tinggalin Teteh lagi.." "I love you.."
Isaknya begitu lemah dan mendadak aku berbalik ke 18 tahun yang lalu waktu kuantar dia pertama kali ke Taman Kanak-Kanak dan dia memeluk kakiku kuat-kuat karena takut menghadapi hari pertama sekolah. Rok biru sekolahku basah oleh air matanya.

Saat itu juga aku mengerti bahwa yang dia lakukan 2 tahun yang lalu hanyalah ketidakberdayaan seorang perempuan muda dalam upayanya mencari kasih sayang yang didambakannya. Apa yang bisa aku lakukan, aku yang selama ini menjadi kawan, kakak, sekaligus 'Ibu'nya sekarang jauh darinya dan sibuk menjadi Ibu yang sebenarnya bagi anak-anakku. Aku tidak bisa mendengarkan cerita-ceritanya lagi dan dia perlu seseorang untuk membagi suka duka-nya.
Waktu laki-laki itu hadir dan memberikan apa yang dia harapkan, tanpa berpikir dia menyebrang jalan, menyambut tangannya, walaupun itu berarti meninggalkan keyakinannya dan memeluk kepercayaan kekasih yang dicintainya.

Dan hari itu aku memaafkannya. Mimi pasti tersenyum di alam sana.