Thursday, April 10, 2008

Mungkin Saya Memang Berdarah Jawa

Kalau dirunut ke atas, katanya saya memang masih berdarah Jawa. Walaupun tercampur berbagai macam darah lainnya seperti Banten, Sunda, dan Tionghoa. Jadinya kalau hari ini walaupun kebanyakan orang masih akan menganggapnya hari sial , saya malah berpikir bahwa saya sangat beruntung. Katanya kalau orang Jawa, kalau kakinya kelindes satu, akan bilang "Untung bukan dua-duanya.", kalau matanya picek satu akan bilang, "Untung masih ada satu mata lagi yang sehat."

Ceritanya hari ini saya berangkat ke BCA di kawasan Jodoh menggunakan taxi langganan. Setelah sampai, taxi merapat ke barisan ATM di sebelah kanan. Karena saya duduk di kiri belakang, otomatis saya keluar dari pintu kiri belakang. Begitu pintu saya buka dan kaki saya keluar, terdengar suara keras "BRAKKKKKKK" Pintu taxi tersebut dihantam oleh sebuah mobil yang ngebut selagi memasuki kawasan parkir. Saya kembali duduk dengan kaki goyah dan badan lemas.

Pengemudi mobil tersebut langsung merapat dan turun. Dimulailah adu mulut antara pengemudi dan supir taxi. Dia menyalahkan supir taxi yang memarkirkan mobilnya di situ, supir taxi menyalahkan dia yang ngebut di halaman parkir. Saya? Saya melenggang masuk ATM dengan hati tak keruan. Saya bilang pada pengemudinya, "Tunggu sebentar."

Sesudah mengambil sejumlah uang yang saya perlukan, saya langsung menuju tempat Pengemudi mobil tersebut dan Supir Taxi yang sedang saling menyalahkan.

Saya langsung berkata, "Saya salah karena lalai melihat ke belakang, tapi Bapak juga salah karena memasuki lapangan parkir dengan kecepatan tinggi." "Saya harap kita tidak saling menyalahkan karena sebuah kecelakaan tidak ada seorangpun yang mengharapkan untuk terjadi."

Pengemudi tersebut melihat saya dari atas ke bawah, sepertinya dia luluh melihat saya juga mengaku salah. "Saya mohon Ibu bantu perbaikannya." "Lihat cat mobilnya terkelupas cukup banyak." "Ini mobil Boss saya, Bu..saya memakainya untuk keperluan pribadi..bisa dipecat saya."

Saya berkata, "Berapa saya bisa bantu?"

Dia mengajukan jumlah, yang akhirnya saya tawar setengahnya. Dia menolak karena dia yakin akan lebih dari itu. Saya mengajukan tawaran sedikit lebih tinggi, dan akhirnya dia menerima.

Saya serahkan sejumlah uang tersebut sambil berkata, "Saya iklas..saya tau ini sebagian salah saya."

Kami bersalaman dan saya balik menaiki taxi sambil berusaha menahan lemas.

Sesampainya di tujuan, saya bertanya kepada supir taxi, "Bapak harus memperbaiki pintu yang bengkok kan Pak, ya?" "Berapa, Pak?"

Supir taxi menatap saya dengan kasihan, "Gak apa-apa, Bu..diketok pakai kayu juga bisa."

Saya berkeras, "Jangan, Pak..saya juga bertanggung jawab."

Saya serahkan sejumlah uang kepada supir taxi tersebut, dan sang supir berkata, "Ibu sudah keluar banyak uang tadi, Bu.."

Saya selipkan uang itu di tangannya, "Tidak apa-apa, Pak...saya tidak rugi keluar uang." "Saya mungkin bisa melihatnya sebagai kesialan, sehingga saya harus keluar uang banyak untuk mengganti kerusakan, tapi kalau saya melihatnya dari sisi lain, saya harusnya merasa beruntung karena beda 1 detik lagi mungkin saya yang ditabrak oleh mobil itu, bukan pintu mobil Bapak."

Bapak Supir Taxi memandang saya dengan senyum, "Ibu baik sekali cara berpikirnya."

Saya cuma balik memandang, mengucapkan salam, keluar dari taxinya, dan berkata pada diri saya, "Mungkin saya memang berdarah Jawa."

Keterangan : Stereotyping terhadap sifat para etnis Jawa di sini betul-betul bukan berdasarkan riset dan mungkin juga tidak akurat, hanya terlintas dalam pikiran saja.