Saturday, December 01, 2007

Menjadi Orang Baik Itu Sulit

Saya dengan subyektifnya menganggap diri saya sendiri sebagai orang baik.
Dalam arti : Tidak menipu, tidak korupsi, tidak maling, tidak pernah nyolot, sepa, atau pasang muka masam, tidak memukuli anak, tidak menggosip, tidak menusuk teman dari belakang, tidak menyontek dalam ulangan, tidak pernah ngegencet anak kelas 1 waktu di SMP dan SMA, and so on.

Saya orang baik, dan saya bangga karenanya.

Tapi belakangan saya merasa sulit jadi orang baik, apalagi orang baik yang idealis.
Saya malahan menjadi seseorang yang secara tidak sadar mempunyai sikap buruk : Menghakimi.

Saya jadi merasa orang yang tidak sejalan pikiran dengan saya sebagai "Tidak Benar"
Cara lain yang bukan seperti cara saya menjadi saya anggap "Salah."
Ini adalah godaan terburuk bagi orang yang merasa dirinya sudah menjadi orang baik. Merasa lebih dari orang lain.Angkuh.

Saya tahu, salah satu kelemahan saya (kalau mau dibilang kelemahan) adalah tidak religius.
Walaupun mengaku Muslim, saya tidak mempraktekkan ajaran Islam secara utuh. Masih saya ambil yang nyaman-nyaman saya bagi saya. Yang sulit saya tinggalkan.
Yang saya tidak sadari, ini ternyata membuat saya ada dalam posisi yang ironis. Saya tidak religius menjalankan agama saya sendiri, tapi saya menjadi seorang fanatik, ekstrim memegang nilai-nilai hidup yang saya anut sendiri.
Saya seperti menciptakan agama baru yang membuat saya jadi sibuk melakukan 'pembenaran' terhadap hal2 yang saya lakukan, dan menganggap 'agama' orang lain yang salah.

Keadaan ini sering membuat saya dalam posisi tidak enak karena kekeraskepalaan saya kadang membuat suatu percakapan dengan lawan bicara menjadi awkward.
Bagaimana bisa kita fleksibel dalam bersosialisasi kalau saya terus menerus bertahan dalam kefanatikan saya terhadap 'agama' yang saya ciptakan sendiri?

Mau bicara apa lagi kalau korupsi, contek mencontek, percaloan, ketidakjujuran dll sudah menjadi sekte dari agama2 lain yang ada di dunia ini?
Tidak peduli penganutnya mengaku menganut salah satu agama besar apa, tapi sekte-sekte yang seharusnya digolongkan sebagai 'godaan setan' tersebut tetap menjadi "the main rules" in their lives.

Itu mengapa kita sampai kapanpun masih akan menemukan manusia-manusia yang tidak pernah lepas dari ibadah agamanya, tetapi masih melakukan seluruh 'dosa-dosa kecil dan besar'
mungkin dengan harapan semua dosa2 tersebut bisa dicuci bersih pada saat mereka berlutut kepada-Nya.

Dan saya rasa, selamanya dunia masih akan selalu dipenuhi maling, koruptor, manusia sepa dan masam tapi berpenampilan alim, tukang nyontek, and so on, yang merasa semuanya tak apa dikerjakan as long as before the day is end, dia bertaubat.

Oh, saya lupa, ada istilahnya untuk diberikan kepada mereka.
Munafik?
Betul ya?

Ah, saya undur diri. Hari ini saya akan berusaha untuk berhenti menghakimi. Tidak ada manusia yang sempurna.

Elo aja dulu benerin diri dan ngaca, Mel!

2 Comments:

Anonymous Anonymous njeplak...

Tadi gue baru ngaca. Jerawat gue banyak, oy.

Ih, Google gitu dech ih.
Sekarang kagak bole orang seneng dikit.
Gabisa kasih link ke blog gue lagi, hih.
Tulis manual aja kalo gituh.

--Hany
http://bintangmatahari.blogsome.com/

10:18 PM  
Blogger Me njeplak...

Aku dulu begitu, suka mengakimi orang lain dengan kacaku sendiri, akhirnya kacaku pecah kan..uppss..sorry, campur aduk. Sekarang pelan2 aku dah mulai mencoba untuk bisa ngertiin orang lain.

11:01 PM  

Post a Comment

<< Home