Hidup, Mati. Lahir, Jodoh...
Malam kemaren 1 lagi berita duka yang gue dapat. Ayahnya Ellen telah berpulang kepada Allah SWT...
Biasanya gue gak terlalu sering mendapat berita duka. Tapi akhir2 ini gue ngerasa hampir setiap minggu, kadang2 2 orang sekaligus. Pertanda apakah ini?
:(
Dimulai dari berpulangnya Pak Sujadi, ayahnya Mbak Nita, lalu Papanya Delima, lalu Datuk di rumah sebelah, lalu sekarang ayahnya Ellen, tiba2 pagi ini juga ada khabar Tante Tanamal yang di Soroako meninggal juga. Semua hanya berselang hari.
Perlu gue akui, gue takut dengan yang namanya kematian. Gue tidak yakin sanggup kehilangan siapapun orang yang gue cintai. Dan ketakutan itu selalu ada. Hanpir setiap saat. Kata orang, itu berarti gue gak pasrah. Yah..gue harus gimana lagi?
Gue dulu bahkan gak berani punya anak karena takut kehilangan. Kehilangan dalam bentuk apapun...
Mencintai seseorang berarti juga harus menghadapi resiko suatu saat akan kehilangan mereka.
And the thought itself, killing me!
Gue orangnya sangat pencemas. Saking parahnya sifat pencemas gue, dulu gue punya kebiasaan gak nyuci gelas kopi abang di pagi hari, sampai dia datang sorenya. Sepertinya waktu dia pergi kerja itu gue 'cling' dengan gelas kopinya. Sepertinya ngeliat gelas kopinya masih di meja, gue yakin dia akan baik2 saja. Tidak akan pernah pergi dari gue.
Am I insane?
I just can't bear the thought of losing them. Malahan gue pernah bilang sama Fira, "Kalau udah nikah nanti ya, bikin rumahnya di sebelah rumah Umak aja ya..jangan jauh2."
Abang sebel banget kalau denger ini. But what can I say???? I'm dead sick and worry when I'm far from the people I love!!!
Kayak sekarang Mama di US, Bapa, Kuke di Bandung..rasanya gue gak bisa ngelindungi mereka, gak bisa protect mereka dari harm, kehilangan kontrol dalam bentuk apapun untuk memastikan mereka bakal sehat wal'afiat membuat gue kadang feeling helpless banget dan mau nangis.
Hiks..
Mungkin gue harus lebih pasrah..bener kata Hany.
The same degree pasrah seperti waktu pesawat take off dan gue sadar sepenuhnya kalau gue gak bisa terbang. Mungkin harus seperti itu untuk menaklukan fear gue.
Eventhough perasaan sih biarin gue nyoba pasrah di pesawat tetap aja gue keringat dingin dan giddy selama penerbangan..huh..
You know what..dulu waktu kecil, gue kira alat penyelamat yg ada di bawah kursi pesawat itu adalah Parasut. Waktu gue sudah mulai besar dan tau bahwa itu bukan parasut tetapi pelampung (!!!) gue mulai panik saban naik pesawat. Iya pelampung bisa nyelamatin kalau kita jatuh di laut, tapi kalau di gunung?????? Gimana kalau di gunung????????
Ah ah..gue bener2 harus mulai berhenti khawatir...
PS. Buat Ellen, Duddy dan Iffah :
Tabah ya...
Biasanya gue gak terlalu sering mendapat berita duka. Tapi akhir2 ini gue ngerasa hampir setiap minggu, kadang2 2 orang sekaligus. Pertanda apakah ini?
:(
Dimulai dari berpulangnya Pak Sujadi, ayahnya Mbak Nita, lalu Papanya Delima, lalu Datuk di rumah sebelah, lalu sekarang ayahnya Ellen, tiba2 pagi ini juga ada khabar Tante Tanamal yang di Soroako meninggal juga. Semua hanya berselang hari.
Perlu gue akui, gue takut dengan yang namanya kematian. Gue tidak yakin sanggup kehilangan siapapun orang yang gue cintai. Dan ketakutan itu selalu ada. Hanpir setiap saat. Kata orang, itu berarti gue gak pasrah. Yah..gue harus gimana lagi?
Gue dulu bahkan gak berani punya anak karena takut kehilangan. Kehilangan dalam bentuk apapun...
Mencintai seseorang berarti juga harus menghadapi resiko suatu saat akan kehilangan mereka.
And the thought itself, killing me!
Gue orangnya sangat pencemas. Saking parahnya sifat pencemas gue, dulu gue punya kebiasaan gak nyuci gelas kopi abang di pagi hari, sampai dia datang sorenya. Sepertinya waktu dia pergi kerja itu gue 'cling' dengan gelas kopinya. Sepertinya ngeliat gelas kopinya masih di meja, gue yakin dia akan baik2 saja. Tidak akan pernah pergi dari gue.
Am I insane?
I just can't bear the thought of losing them. Malahan gue pernah bilang sama Fira, "Kalau udah nikah nanti ya, bikin rumahnya di sebelah rumah Umak aja ya..jangan jauh2."
Abang sebel banget kalau denger ini. But what can I say???? I'm dead sick and worry when I'm far from the people I love!!!
Kayak sekarang Mama di US, Bapa, Kuke di Bandung..rasanya gue gak bisa ngelindungi mereka, gak bisa protect mereka dari harm, kehilangan kontrol dalam bentuk apapun untuk memastikan mereka bakal sehat wal'afiat membuat gue kadang feeling helpless banget dan mau nangis.
Hiks..
Mungkin gue harus lebih pasrah..bener kata Hany.
The same degree pasrah seperti waktu pesawat take off dan gue sadar sepenuhnya kalau gue gak bisa terbang. Mungkin harus seperti itu untuk menaklukan fear gue.
Eventhough perasaan sih biarin gue nyoba pasrah di pesawat tetap aja gue keringat dingin dan giddy selama penerbangan..huh..
You know what..dulu waktu kecil, gue kira alat penyelamat yg ada di bawah kursi pesawat itu adalah Parasut. Waktu gue sudah mulai besar dan tau bahwa itu bukan parasut tetapi pelampung (!!!) gue mulai panik saban naik pesawat. Iya pelampung bisa nyelamatin kalau kita jatuh di laut, tapi kalau di gunung?????? Gimana kalau di gunung????????
Ah ah..gue bener2 harus mulai berhenti khawatir...
PS. Buat Ellen, Duddy dan Iffah :
Tabah ya...
0 Comments:
Post a Comment
<< Home