Belahan Jiwa
Hampir setengah hidupku kulalui dengannya.
Tapi aku merasa sudah mengenalnya seumur hidupku.
Hari-hari yang kualami sebelumnya hanyalah pengisi waktu sebelum kehidupanku yang sebenarnya dimulai, kehidupan dengannya.
Aku 2 kali lahir. Pertama dari Ibu tercintaku, lalu aku terlahir kembali saat aku menemukannya.
Dan dia menemukanku.
Dan kami membina kehidupan baru.
Penuh emosi, amarah, cinta, curiga, kasih sayang dan semua jadi satu.
Tidak pernah mulus.
Cinta kami tidak seperti dongeng 1001 malam.
Pun tidak diisi dengan romantisme cengeng belaka.
Aku bahkan pernah merasa bahwa dia adalah orang yang tak tepat untukku.
Begitupun dia, bertanya apakah betul perempuan seperti aku yang dia mau.
Kadang kubertanya apakah ia belahan jiwaku? Soulmate-ku? Dan mungkin kadangkala pertanyaan itu juga bergejolak di hatinya.
Dan sambil memandang wajah manjanya di kala tidur aku hanya berbisik nyaris tak terdengar, "Sayang, apabila kelak hanya maut yang memisahkan, di situlah kita baru tahu jawabannya."
Pada saat ini aku hanya tahu satu, aku tak sanggup hidup tanpa dia.
Dan juga dia tak sanggup kehilangan aku.
Jadi kami jalani hari-hari dalam cinta yang kadang diselipi pertikaian-pertikaian kecil tak penting, yang ujung-ujungnya hanya membuat kami yakin bahwa kami memang sangat saling mencinta.
Kalau tidak, mengapa kami masih bersama?
Kami berjanji tidak akan pernah hidup terpisah. Kami sudah saling mencandu satu sama lain.
Ketergantungan aku kepadanya. Kemanjaan dia padaku.
Dan tiba-tiba kenyataan berkata lain.
Kami akan berpisah sementara.
Ribuan kilometer bentangannya.
Dan aku seperti diserbu kelumpuhan di sekujur tubuhku.
Tapi bukankah ini yang pernah kujanjikan padanya?
Bahwa aku siap menghadapi segalanya?
Dan tangis kami setiap pagi pada saat menghitung hari, menjawab pertanyaan tentang belahan jiwa itu jauh sebelum waktunya.
Bang, engkaulah belahan jiwaku.
Dan aku takkan pernah utuh tanpa kau ada di sampingku.
Berangkatlah gapai mimpi itu.
Aku dan anak-anakmu menunggu di rumah kita..
Menanti kau kembali, dan lengkapi jiwa kami.
Tapi aku merasa sudah mengenalnya seumur hidupku.
Hari-hari yang kualami sebelumnya hanyalah pengisi waktu sebelum kehidupanku yang sebenarnya dimulai, kehidupan dengannya.
Aku 2 kali lahir. Pertama dari Ibu tercintaku, lalu aku terlahir kembali saat aku menemukannya.
Dan dia menemukanku.
Dan kami membina kehidupan baru.
Penuh emosi, amarah, cinta, curiga, kasih sayang dan semua jadi satu.
Tidak pernah mulus.
Cinta kami tidak seperti dongeng 1001 malam.
Pun tidak diisi dengan romantisme cengeng belaka.
Aku bahkan pernah merasa bahwa dia adalah orang yang tak tepat untukku.
Begitupun dia, bertanya apakah betul perempuan seperti aku yang dia mau.
Kadang kubertanya apakah ia belahan jiwaku? Soulmate-ku? Dan mungkin kadangkala pertanyaan itu juga bergejolak di hatinya.
Dan sambil memandang wajah manjanya di kala tidur aku hanya berbisik nyaris tak terdengar, "Sayang, apabila kelak hanya maut yang memisahkan, di situlah kita baru tahu jawabannya."
Pada saat ini aku hanya tahu satu, aku tak sanggup hidup tanpa dia.
Dan juga dia tak sanggup kehilangan aku.
Jadi kami jalani hari-hari dalam cinta yang kadang diselipi pertikaian-pertikaian kecil tak penting, yang ujung-ujungnya hanya membuat kami yakin bahwa kami memang sangat saling mencinta.
Kalau tidak, mengapa kami masih bersama?
Kami berjanji tidak akan pernah hidup terpisah. Kami sudah saling mencandu satu sama lain.
Ketergantungan aku kepadanya. Kemanjaan dia padaku.
Dan tiba-tiba kenyataan berkata lain.
Kami akan berpisah sementara.
Ribuan kilometer bentangannya.
Dan aku seperti diserbu kelumpuhan di sekujur tubuhku.
Tapi bukankah ini yang pernah kujanjikan padanya?
Bahwa aku siap menghadapi segalanya?
Dan tangis kami setiap pagi pada saat menghitung hari, menjawab pertanyaan tentang belahan jiwa itu jauh sebelum waktunya.
Bang, engkaulah belahan jiwaku.
Dan aku takkan pernah utuh tanpa kau ada di sampingku.
Berangkatlah gapai mimpi itu.
Aku dan anak-anakmu menunggu di rumah kita..
Menanti kau kembali, dan lengkapi jiwa kami.
4 Comments:
Sabar Mel.... you're a strong woman.
merinding bacanya....
mel, menurut saya... sometime you have to through the worse, to know: you are in love.
and to find out is he your soulmate? you might have through the worst. you knew it now, so, nothing can come between you, both...
Assalamu'alaikum wr. wb.
Ananda,
L a h i r , j o d o , a j a l manusia , ALLAH yang punya.
Easy to face it.
Just pray and pray to the Creator.
Be tough !!!
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Mom yang juga jauh dari suaminya , malah lebih lama, gak bisa any time balik. I am sure I am strong. And you are as well.
Daku kenal perasaan itu, Mel.
6 bulan pernah kurelakan juga belahan jiwaku terbang ribuan kilometer untuk meraih apa yang diimpikannya, dalam kondisi daku sedang hamil anak pertama....
Toh semuanya itu sekarang menjadi kenangan yang manis untuk dikenang.
Mudah2an buat Mela juga seperti itu...
Yang kuat yaaa...
Post a Comment
<< Home