Monday, July 24, 2006

Mel's Day Out

Jumat kemaren gue ke Batam. Berburu rumah, daftar sekolah dll.
Anak2 gue dump sepagi mungkin di rumah Hany dan gue naik ferry jam 9.40 waktu Singapore.
Nyampe Batam kepagian.

Gue telepon bagian marketing sekolah anak gue, janjian ketemu after lunch karena dia bisanya jam segitu.

Blagh. 2 jam gue mau ngapain yak?

Jalan2 iseng menuju Hypermart di seberang pelabuhan Batam Centre, iseng2 juga nanya barangkali ada salon di Mall tsb.
Eh ada, di lantai 3. Nama salonnya Chistopher. Sekilas kelihatan lumayan.
Hmmmhhh...tergoda nih buat memperbaharui warna rambut yang sudah dull.

2 jam habis untuk ngecet rambut dan *drum rolls* <<<---- minjem drum punya Sabai ........manicure!! :))
French manicure bo'...buset gue kayak cewek Vivid aja ;)) <<---sumpah ini gue minjem kata2 orang tentang French Manicure. Gue bukan penggemar Vivid apalagi yang interactive, suer!

Pampered abis..
Sampai lupa cucian dan piring kotor yang numpuk di Singapore..
*sigh*

Anyway..

Sekolah anak2 udah didaftar.
Rumah sudah didapat setelah keliling Batam 4 jam dan bayar taxi Rp.250.000,-
Perut akhirnya kenyang setelah makan Sate Padang (berdua Jane, kakak iparnya Neng Wanti yg tinggal di Batam) 20 tusuk.
Ada kejadian kocak di sini, pas lagi makan sate, gue teriak ama pelayan resto padangnya, "Uda, 40 tusuk lagi!!"
Si Uda terhenyak, melotot dan berkata lirih, "Makan di sini, Bu?"
Gue jawab dengan bete, "Sekarang 20 tusuk terus order 40 tusuk lagi masa buat makan di sini? Loe kate gue monster? BUNGKUS!!"

Lalu gue pulang dengan ferry jam 7.30 malam, perut kenyang, oleh2 buat temen2 brutalku (baca : Upik Abu dan saudara tirinya Barbetta dibawa segambreng2.
Capek tapi puas.

Balik ke rumah, oleh2 dijemput, wajah2 sirik bin jealous dan teriakan2 keki membahana dari bibir Upik Abu dan Barbetta waktu melihat rambut gue berwarna kinclong dan kuku gue polished dengan apiknya..
Ahhhh...gue gak mau nyuci piring 1 minggu. Gue beli piring kertas. Gue mau menikmati masa keemasan ini.

Buyar semua rencana
Pembeli tempat tidur Adam yang gue lempar ke Yahoo! Auction datang, dan minta sebelumnya tempat tidur itu di-dismantle.
Walagh..
Gue ambil kunci L..gue tatap kuku gue yang indah..gue dismantle itu tempat tidur..
and bye bye..

There goes my french manicure :((

Sunday, July 23, 2006

Siapa suruh pindah?

Super bete!

Kita mau pindah negara.
Barang2 belum semua dipak.
Garage Sale keitung gak laku (mungkin karena barang yang dijual adalah yang rata2 sudah pada punya)
Badan udah kayak digebugin orang sekampung karena hari Jumat kemaren aku pergi sendiri ke Batam untuk survey lokasi, daftar sekolah anak2, sekalian nyari rumah. Yang berarti keliling setengah Batam naik turun mobil, nunggu yang punya rumah, negosiasi bla bla bla gak berhasil cari lagi.

*gubrag*

Sekarang harus menghadapi kenyataan suami gak kooperatif. Kayak ogah2an mau pindah. Anak2 nonton kartun melulu. Dan kayaknya aku satu2nya di rumah ini yang harus nyiapin segalanya buat pindah.

Dan si Abang gak bisa minta ijin untuk pindahan di weekday karena, "Gak enak sama Boss, masa baru masuk udah ijin.."

Which mean : Kemungkinan besar gue harus pindahan sendiri.

Just shoot me!!!

Thursday, July 20, 2006

nt



aku tau betul rasa tujahan di ulu hati..
waktu sepi membunuh pelan pelan..
waktu kau tak ada bersamaku..

kemana saja kau selama 19 tahun pertama dalam hidupku?

seandainya kau datang lebih cepat..

Singapore, 20 Juli 2006
Tengah malam memandangmu tidur

Friday, July 14, 2006

Underestimate


Tadi malam sambil mengantar Fira tidur, seperti biasa aku meninggalkan pesan2 atau nasehat2 kecil buat dia.
Tiba2 aku teringat bahwa Fira punya kebiasaan mengintip ke dalam kamarku tanpa mengetuk pintu waktu kami sedang tidur. Mengingat umurnya sudah hampir 10 tahun, aku rasa sudah waktunya diingatkan untuk lebih bersopan santun dalam hal ini.

Aku : Neng, mulai sekarang kalau Neng mau masuk kamar Umak, harus ngetok pintu dulu ya.
Jangan langsung buka aja, gak sopan.

Fira : Kalau Kakak ada perlu?

Aku : Ya ngetok dulu. Tapi kalau Kakak pikir Umak dengan Ba lagi tidur, ya jangan diganggu. Nanti aja kalau sudah bangun.


Fira : Kalau perlu banget?

Aku : Kecuali kalau urgent sekali, boleh. Tapi tetep harus ngetok. Kalau Kakak dengar ada suara Umak dengan Ba lagi ngobrol, ya ketok aja. Kalau gak ada suara ya nanti lagi aja berarti Umak dengan Ba lagi tidur....

Fira : atau lagi muah muah muah muah *mulutnya monyong2 mengikuti gaya orang mencium, wajahnya inosen*

Aku : *speechless*

Jadi inget liburan ke Bintan bulan Mei kemaren.
Pas masuk ke kamar hotel yang kita share berempat, Fira langsung berteriak senang.

"Yaaaayyy!! Kamarnya asik! Ok, Mak, Bak..please..NO SEXING HERE!"

*pingsan*

Thursday, July 13, 2006

The Alpha Male

The Virgo male will likely be ambitious for wealth. Thoughtful, conservative and industrious, this man is not easily contented, being changeable by nature. For instance, he will change his residence quite often. There is a commercial instinct here, coupled with practical, methodical and discriminative characteristics. Males governed by this Sign are experts at finding fault with others. They love details of things and will be cautious about their own interests. Inherently speculative, the Virgo man is fond of science...particularly regarding medicine, food, diet and hygiene, etc. Men who fall under the jurisdiction of Virgo have the reputation of being cool, undemonstrative...or even frigid..in their attitude toward love. However, this is not necessarily always the case. Just as the calmest waters can be the deepest, so it frequently is with the Virgo male. These men need to express their deepest emotions in an almost self-sacrificial manner and this is why they will give so much of themselves to a cause which interests them, or a way of life that they feel is the only way. If that way of life should happen to be matrimony, then they will be completely dedicated to making the partnership a success.

The Virgo man can be a very withdrawn individual, especially with strangers. Indeed, he usually only appears warm and loving to those who know him and even then not always overly-sympathetic in romantic affairs. Needing a tranquil partner, this male requires a solid foundation for happiness and normally makes for a true partner, once he has found the right mate. Although they do possess a spiritual side, Virgo men are basically earthbound in moral outlook, which is to say that they do not float or drift being deeply-rooted in their fundamental beliefs. They tend to be totally unmoved by the more ariel or light-hearted spirits of the Zodiac. Refusing to be flattered by charm, overcome by show or overwhelmed by the "flashy," this male knows what he wants in both love and life...and will pursue same with much determination. There is a tendency here to be secretive about material possessions and the Virgo man may not necessarily tell his partner exactly how much money is in the bank. However, this is usally done with a view toward guaranteeing mutual welfare and he will be devoted to his family. Although orderly and methodical in thought, this male is frequently something of a sloppy dresser. He can be exceedingly demanding, needful that partners and acquaintances prove themselves to him time and time again. This is a soul that can be depended upon but he is nobody's fool. They keyword for males ruled by this Sign is integrity. Above all else, this man needs to feel that he is worthy. There is a quick mind here, together with practicality and honesty, but the Virgo male is basically shy when it comes to sharing emotions. It is important that others not expect this man to be outgoing and he will need help if he is to build confidence.

This is a far from happy-go-lucky character. In order to understand the Virgo man, a person must learn to read between the lines. Above all, this is an individual in need of a partner who has faith in him and can appreciate his depth of feelings and patience when it comes to achieving goals. It will be necessary to appeal to this male's intellect rather than his emotions. Customarily critical, he does not admire the weak and whimpering, instead harboring much admiration for strong people who can hold their own in any given situation. He will not waste a great deal of time with those who cannot command his respect. The Virgo male may be regarded as harsh and arbitrary, but this is only because he expects a great deal more from those around him than they may have been able to provide. The ability to change here is unlikely to materialize. Indeed, this is a somewhat "stuck" character, but the staid attitude may be well-hidden and can cause great confusion to those who strike up an acquaintance with this man.

Virgo men are prone to have practical hobbies...woodworking for instance...and can be magnificent do-it-yourself experts. Any tools of the trade will most certainly be kept neat and symetrically in place. In short, this is usually a shining nature, one which is generous in unmaterial things while remaining careful in every other respect.



That's it. I (accidentally) married an alpha male :))

Wednesday, July 12, 2006

Go On Leave Me



Friends come and go in our life.
Enemies stay.

Shall we arrange a funeral for this friendship?
No.
I'm afraid none of us will cry.

Now just mourn and grieve for a while ..
and then continue living..
Zombie-like..


Singapore, 30 November 2005
in a very moody morning

Thursday, July 06, 2006

Let me tell you a story Part 3

Malam larut dan dingin sudah memagut suamiku yang bersembunyi di bawah selimutnya.
Rumah ini kecil, bertipe 21 seperti kebanyakan tipe tumah di perumahan sederhana di kota kecil ini, sempit dan lantai belakangnya hanya disemen dan pembatas halaman belakang hanyalah susunan bata yang tidak diplester. Kami baru beberapa bulan pindah ke sini setelah bulan2 pertama pernikahan dihabiskan di dalam rumah bedeng berbataskan tembok terminal Pabrik Pupuk Kujang. Keadaan rumah ini sedikitnya lebih baik daripada rumah lama walaupun sama kecilnya. Tapi minimal tak ada bau amoniak yang menusuk paru2 setiap pagi.


Aku tak bisa tidur.

Kandunganku sudah besar dan walaupun due date-nya masih cukup lama, tapi berat badanku yang melonjak jauh membuat udara sedingin apapun nyaris tak ada pengaruhnya.

Aku berjalan menuju dapur di belakang sambil berharap angin malam yang dingin lolos dari sela2 genteng belakang yang tak diberi plafon bisa menyejukkan tubuhku.
Perkiraanku benar, genteng yang jarang2 yang biasanya aku jengkel melihatnya karena membuatku harus memasak memakai payung ketika hujan, malam ini malah seperti berkah buatku.

Tiba2 bayi di dalam perutku menendang keras.
Sakit tak terkira.
Aku tengok jam dinding di ruang tamu mungilku yang cuma berisi karpet dan bantal, tanpa sofa.
Jam 3.15 pagi.

"Ya Allah, apa harus hari ini?" tanyaku dalam hati.

Sudah sejak 2 minggu sebelumnya perutku selalu sakit setiap tengah malam dan dokter memperkirakan bayiku akan lahir lebih cepat, karena sejarah di keluargaku hampir selalu melahirkan prematur.

Aku tahankan sakit di perutku sambil mengingat2 tanggal berapa ini.
Gajian baru saja beberapa hari yang lalu, cukup aman.
Menurut informasi, biaya melahirkan di Dokter Kandunganku sekitar Rp. 500.000,- Normal. Masih bisa diusahakan cukup.

Waktu sakitnya mulai datang teratur, waktu sudah menunjukkan waktu hampir jam 4 pagi.
Kubangunkan suamiku.

"Bang, kok sakit ya? Sudah waktunya gitu? Apa kontraksi palsu lagi ya?"
Suamiku memicingkan matanya, "Kenapa sayang? Gak bisa tidur lagi?"
Aku mendecak, "Yeeee, dibilangin sakit..bangun dulu atuh, Bang..."
Suamiku langsung terduduk.
"Sakit? Sakit apanya???? Apaaan? Sekarang? Beneran???"
Aku yang sedang kesakitan cuma bisa nyengir melihat gayanya.

Suamiku langsung mengambil tas keperluan untuk ke Rumah Bersalin.
Untungnya karena aku sudah diperingatkan oleh Dokter, maka tas kecil sudah aku siapkan untuk hari H-nya sejak 1 minggu yang lalu.
Tiba2 suamiku berbalik, "Aduh, Yayang..kok jam segini siiih sakitnya? Aduuh kita naik apa yaaaa??"

Waktu menunjukkan hampir subuh.
Mana ada angkutan ke Klinik Bersalin jam segini?
Karena kami tinggal di Cikampek, sementara Kliniknya ada di Karawang, 20 km dari rumah kami, tentunya harus ditempuh dengan angkutan umum Bis Antar Kota atau malah Angkutan Kota biasa.
Pertimbangan kami mengambil Klinik tersebut karena Dokternya dianggap paling kompeten di daerah tempat kami tinggal yang practically in the middle of nowhere.
Tapi, kontraksi subuh2 begini tak terpikirkan sama sekali oleh kami.
Dasar pengantin baru, calon Ayah Ibu yang masih super culun. Harus bagaimana ini?

Aku menggamit tangan suamiku.
"Tenang deh, Bang. Aku masih bisa tahan kok. Jam 5 nanti kita carter angkutan kota aja ya. Kan banyak yang mau ke pasar."
Suamiku menatapku, entah apa yang berkecamuk di hatinya.
Sinar matanya pasrah.

"Yang, kan di belakang ada Bapak yang punya angkot. Aku minta tolong dia aja ya? Kita sewa angkotnya, minta antar ke Karawang?"

Untungnya Bapak itu langsung menyetujui. Harga Rp.50.000,- sekali jalan

Angkot melaju membelah pagi menuju Klinik Bersalin di Karawang.
Bismillah. Mudah2an anakku tidak memutuskan untuk menggulirkan diri di lantai depan Angkot yang sudah karatan itu.

Di tengah perjalanan tiba2 angkot berbelok ke kiri. Seorang petugas retribusi terminal memberi tanda untuk supir agar memasuki terminal tersebut.
Bapak Supir menoleh dengan gelisah, "Neng, maaf..peraturannya harus masuk terminal dulu. Paling 10 menit. Neng gak apa2 kan?"
Aku sudah mau pingsan.

Suamiku ternganga di bangku belakang. Tangannya yang memeluk bahuku gemetar.
Dan sifat dasar orang Palembang-nya keluar. Kepalanya dijulurkan lewat jendela belakang dan ia berteriak keras pada petugas di luar,
"Pak, yang bener aja ini disuruh bayar retribusi dan masuk terminal. Istri saya mau melahirkan, Pak! Angkot ini saya carter! Bapak mau tanggung jawab kalau istri saya kenapa2????"

Petugas tersebut tertegun dan untungnya memutuskan untuk mengalah membiarkan kami langsung pergi.

Jam 6.30 pagi kami sampai di Karawang dan langsung masuk klinik bersalin.

Waktunya berjuang sudah tiba.